BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Kewajiban
negara dalam rangka menjaga kelangsungan kedaulatan negara (pemerintah) dan
meningkatkan kemakmuran masyarakat, mencakup: mempersiapkan, memelihara, dan
melaksanakan keamanan negara, menyediakan dan memelihara fasilitas untuk
kesejahteraan sosial dan perlindungan sosial, termasuk fakir miskin, jompo,
yatim piatu, masyarakat miskin, pengangguran, menyediakan dan memelihara
fasilitas kesehatan, menyediakan dan memelihara fasilitas pendidikan.
Sebagai
konsekuensi pelaksanaan kewajibannya, pemerintah perlu dana yang memadai,
dianggarkan melalui APBN/APBD, dan pada saatnya harus dikeluarkan melalui Kas
Negara/Kas Daerah. Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi
Pengeluaran untuk Belanja dan Pengeluaran untuk Pembiayaan. Pengeluaran untuk
belanja terdiri dari: Belanja Pemerintah Pusat seperti Belanja Pegawai, Belanja
Barang, Belanja Modal, Pembayaran Bunga Utang, Subsidi, Belanja Hibah, Bantuan
Sosial, Belanja Lain-lain, dan Dana yang dialokasikan ke Daerah seperti Dana
Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Sedangkan Pengeluaran untu
Pembiayaan tediri dari Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah, Pembayaran Pokok
Pinjaman Luar Negeri, dan Pembiayaan lain-lain.
Adapun
jenis-jenis Pengeluaran Negara menurut sifatnya terdiri dari Pengeluaran
Investasi, Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja, Pengeluaran Kesejahteraan,
Pengeluaran untuk Penghematan Masa Depan, dan Pengularan Lainnya. Pengeluaran
Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan
ketahanan ekonomi di masa datang, misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan
tol, pelabuhan, bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM, dll. Pengeluaran
Penciptaan Lapangan Kerja merupakan pengeluaran untuk menciptakan lapangan
kerja, serta memicu peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat. Pengeluaran
Kesejahteraan Rakyat merupakan pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung
terhadap kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat
menjadi bergembira, misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi,
subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana. Sedangkan Pengeluaran
Untuk Masa Depan merupakan pengeluaran yang tidak memberikan manfaat langsung
bagi negara, namun bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi pengeluaran
pemerintah yang lebih besar di masa yang akan datang, pengeluaran untuk
kesehatan dan pendidikan masyarakat, dan pengeluaran untuk anak-anak yatim.
Sedangkan Pengeluaran Lain-lain merupakan pengeluaran tidak produktif yang
tidak memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat, namun diperlukan
oleh pemerintah, misalnya pengeluaran untuk biaya perang.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Apakah
yang dimaksud pengeluaran pemerintah?
1.2.2
Bagaimanakah
pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap output nasional di beberapa negara?
1.2.3
Bagaimanakah
teori mengenai pengeluaran pemerintah dari beberapa ekonom ataupun pemikir
sosial lainnya?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan ini untuk melakukan
eksplorasi atau memahami lebih lanjut tentang pengeluran pemerintah. Manfaat
penulisan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengeluaran
pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
Makro
2.1.1 Pengeluaran Pemerintah
a. Penelitian
Arthur Goldsmith (2008)
Arthur Goldsmith (2008), menyatakan bahwa peningkatan
belanja pemerintah dapat memperluas permintaan agregat dalam jangka pendek
tetapi juga dapat meningkatkan tingkat suku bunga sehingga akan menurunkan
investasi swasta dalam jangka panjang. Belanja pemerintah dibagi menjadi dua
komponen: konsumsi masyarakat dan investasi publik. Efek jangka pendek dari
peningkatan belanja pemerintah adalah sama untuk kedua komponen tetapi berbeda
untuk efek jangka panjang.
Belanja sektor publik dapat diklasifikasikan berdasar
produktivitas. Membedakan antara pengeluaran pemerintah yang mempengaruhi
produktivitas dan untuk konsumsi penting untuk dipahami sebagai konsekuensi
intervensi fiskal melalui perubahan dalam pengeluaran pemerintah. Dampak
pengeluaran pemerintah dalam jangka panjang terhadap kinerja agregat ekonomi
tergantung pada kinerja pemerintah. Dalam jangka pendek belanja pemerintah akan
memperluas permintaan agregat tetapi peningkatan belanja pemerintah atas biaya
dana pinjaman, akan menyempitkan beberapa investasi swasta dan menghambat
pertumbuhan permintaan agregat.
Crowding Out akhirnya dapat menurunkan stok modal swasta,
dan pada gilirannya, dalam jangka panjang akan menurunkan produktivitas
sehingga akan mengurangi output dan kapasitas produksi. Oleh karena itu
diperlukan treatment ketidakseimbangan kebijakan fiskal dalam bentuk
pengeluaran pemerintah yang memisahkan kedalam pengeluaran untuk konsumsi dan
investasi.
Pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan dengan mengubah
komposisi pengeluaran kedalam kegiatan berbasis produktivitas, tanpa mengubah
tingkat pengeluaran atau pajak penghasilan. Pendekatan pasar modal dan obligasi
digunakan untuk menggambarkan pengeluaran pemerintah (kebijakan moneter),
selain dengan kebijakan fiskal (pada pasar barang).
Di pasar modal, terdapat orang yang memiliki dana dan orang
meminjam untuk investasi. Ekspektasi keuntungan (ψe) akan meningkatkan
investasi sektor swasta (IP). Produktivitas tergantung pada modal swasta (KP)
dan modal publik atau pemerintah (KG). Tabungan oleh rumah tangga dan perusahaan
(SP), tabungan oleh pemerintah (SG) sehingga S = SP + SG, SG = T – G, dengan T
= Pendapatan pajak dan G = belanja pemerintah.
Model penawaran dan permintaan Agregat digunakan untuk
menentukan output riil (Y) dan harga (P). Dengan memahami AD = AD(C,IP, GC,
GI), tingkat permintaan agregat ditentukan oleh belanja konsumsi rumah tangga
(C), belanja investasi sektor swasta (IP), dan belanja pemerintah (G) yang
dipisah menjadi belanja konsumsi (GC) dan belanja investasi (GI).
Kurva penawaran barang agregat jangka panjang (AS)
menunjukkan hubungan antara tingkat harga agregat dan output agregat yang
didukung oleh semua faktor (KP) dan (KG). Pengeluaran investasi pemerintah
untuk modal publik juga akan meningkatkan penawaran agregat, dengan dengan kata
lain; ¬IG¬ÞKG¬Þψe¬ÞIP¬ÞKP¬ÞAS dan AS = AS(KP, KG, dimana KP = KP (IP), dan IP =
IP[ψe(KG)], serta KG= KG(GI).
Pertumbuhan produktivitas merupakan kunci penentu
peningkatan standar hidup. Jika pengambil kebijakan ingin mendorong pertumbuhan
standar hidup, maka harus bertujuan meningkatkan kemampuan produksi nasional
dengan mendorong lebih cepat akumulasi faktor produksi. Dalam jangka panjang,
implikasi belanja publik sebagai salah satu bentuk kebijakan fiskal dapat
mempengaruhi kinerja perekonomian jangka panjang.
b. Penelitian Erdal Karago and Kerim
Ozdemir (2006)
Erdal Karago and Kerim Ozdemir
(2006) menyatakan bahwa banyak investigasi dan penelitian tentang hubungan
pengeluaran pemerintah dan investasi swasta telah dilakukan dan di
publikasikan. Ada beberapa hasil penelitian yang dapat dikelompokkan menjadi
tiga. Pertama yang menyatakan bahwa tingginya pengeluaran pemerintah akan
menyingkirkan investasi swasta (efek dari crowding out). Kedua menjelaskan
hubungan antara ukuran disaggregate pengeluaran pemerintah dan investasi swasta
menggunakan analisis disagregate. Ketiga menyatakan peningkatan pengeluaran
pemerintah akan menarik keluar investasi swasta.
Erdal Karago and Kerim Ozdemir
(2006) menggunakan metode estimasi maksimum (Johansen & Juselius, 1990)
untuk menguji cointegration. Mempertimbangkan VAR dan corresponding VECM, dimana
X = investasi swasta (PI), GE = pengeluaran pemerintah, dan Y = GDP Riil. Berdasarkan
data di Turki periode 1967-2001, semua variabel ditransformasi ke log seperti
LPI< LGE dan LY. Data GDP diperoleh dari State Planning Organisation,
Economic and Social Indicators: 1950-2000. Deflator GNP (1987=100%) digunakan
untuk mendeflasi variabel. Impulse response analysis juga digunakan untuk
menguji interrelationship antar variabel dan menilai penyesuaian keseimbangan
jangka panjang. Fungsi ini menunjukkan efek dinamis dari government expenditure
shock terhadap variabel lain.
Hasil penelitian mengindikasikan:
Ada satu persamaan cointegrasi LPI = -22,444 -0,212LGE +2,306LY. Disamping itu
juga ditemukan ada hubungan negatif jangka panjang antara pengeluaran
pemerintah dan investasi swasta di Turki. iperkirakan pengeluaran pemerintah
men-Crowding-out investasi swasta. Pengeluaran pemerintah adalah suatu faktor
pembatas terhadap investasi swasta di Turkey. Kejutan (shock) dari pengeluaran
pemerintah akan mempunyai efek negatif pada investasi swasta. Pengeluaran
pemerintah memiliki efek negatif pada investor swasta dan pengembangan ekonomi
Turkey. Fungsi impulse respon, menunjukkan respon negatif pada investasi swasta
untuk one standard deviation shock pengeluaran pemerintah. Pengeluaran
pemerintah merupakan substitusi investasi swasta.
c. Penelitian
Sajkumar Tulsidharan (2006)
Sajkumar Tulsidharan (2006)
menyatakan bahwa pada ekonomi transisi terdapat perdebatan yang muncul mengenai
keunggulan privatisasi dibanding perusahaan milik pemerintah. Pemerintah
menyediakan barang-barang keperluan publik di mana tidak ada kompetisi dari
sektor swasta agar dapat dengan pasti mengarah kepada pertumbuhan ekonomi yang
lebih cepat.
Tetapi proses regulasi, subsidi dan
pajak, keterlambatan di dalam menerapkan proyek, biaya yang tinggi adalah suatu
faktor penghambat dalam pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menguji data
tahunan pada Government Final Consumption Expenditure (termasuk kompensasi bagi
buruh, pembelian bersih barang dan jasa dan konsumsi dari modal tetap dalam
administrasi pemerintah diukur dari ukuran pemerintah, dan GNP pada harga pasar
nominal dan riil (tahun dasari 1993/94=100) di India periode 1960/61 sampai
1999/00. data ini dilaporkan di National Income Statistics (CMIE) Januari 2003.
Penelitian ini menguji data tahunan
di Government Final Consumption Expenditure dan Produk Nasional Bruto pada
harga pasar nominal dan riil di India untuk periode 1960-1961 sampai 1999-2000.
Hubungan antara variabel diteliti, dengan menggunakan uji integrasi,
cointegrasi, dan error correction mechanism.
Hasil utama dari studi ini adalah
bahwa pada harga nominal, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi pasti akan diikuti
kenaikan government final consumption expenditure. Dalam ekonomi di masa
transisi ada suatu perdebatan yang muncul berpihak pada ekonomi berbasis pasar
dibanding pemerintah yang mengelola dan mengendalikan perusahaan. Impresi
tentang kata “reformasi ekonomi” di India menyatakan bahwa ada kepentingan di
dalam penurunan besar besaran pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah.
Di India, Pemerintah, baik Central
maupun State, telah memainkan satu peran yang penting di dalam pembangunan
ekonomi melalui secara langsung menyertakan diri mereka ke dalam memproduksi
aktivitas melalui regulasi. Kekuatan keterlibatan langsung di dalam aktivitas
penyediaan produk dan jasa dapat dibuktikan dari sumbangan sektor publik ke
GDP. Yaitu sekitar 33% di tahun 1990-91 dan menurun menjadi 28,7% di tahun
1997-98. Pada awal 1970s, sumbangan itu sekitar 14%.
Di beberapa negara barat yang maju,
pengeluaran publik menyebabkan kenaikan GDP secara proporsional. Karenanya
rasio pengeluaran publik kepada GDP bisa tidak stabil. Di India, perluasan
intensive dan ekstensif aktivitas pemerintah selama periode perencanaan sudah
menunjukkan kenaikan yang spektakuler di dalam pengeluaran publik. yaitu naik
dari Rs 2,631 crore pada 1960-61 menjadi Rs. 4,36,122 crore pada 1997-98. Pada
harga yang tetap, peningkatan pengeluaran pemerintah sekitar dua puluh empat
kali lebih pada empat puluh enam tahun terakhir.
Masyarakat di negara maju memiliki
pendapatan per kapita yang tinggi sehingga dapat dengan mudah mencukupi
kebutuhan individu mereka. Masyarakat India dengan persentasi populasi yang
besar hidup di bawah garis kemiskinan, banyak orang tidak mampu memenuhi
keperluan-keperluan dasar minimal.
Kebanyakan dari pengeluaran yang
tidak untuk pengembangan yaitu pembayaran bunga, pertahanan, subsidi, polisi,
administrasi dan pendidikan umum, manfaat jarang menyaring kepada bagian
masyarakat yang miskin. Manfaat dari pengeluaran pengembangan telah dipakai
sebagian besar oleh yang kelompok urban dan elit pedesaan.
Peran pengeluaran publik negara maju
akan lebih besar untuk stabilisasi ekonomi, simulasi aktivitas investasi dan
lain lain. Di negara berkembang, pengeluaran publik mempunyai peran untuk
mengurangi disparitas regional, pengembangan biaya sosial, pembuatan
infrastruktur pertumbuhan ekonomi dalam bentuk fasilitas transportasi dan
komunikasi, pendidikan dan pelatihan, pertumbuhan industri barang modal,
industri dasar dan kunci, penelitian dan pengembangan, stimulasi tabungan, pembentukan
modal dan lain lain.
Secara teoritis dipercaya bahwa
pemerintah adalah kurang efisien dibanding sektor swasta dan karenanya peran
yang lebih besar dari pemerintah akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, pemerintah menyediakan barang-barang publik yang tidak ada
kompetisi dari sektor swasta dapat dengan pasti mempercepat laju pertumbuhan
ekonomi (Ram, 1986; Carr, 1989).
Law of increasing state activities
dari Wagner mendasarkan pada pengalaman-pengalaman historis mengemukakan bahwa
ekonomi di negara industri mengembangkan sektor publik mereka berkembang dalam
relatif signifikan. Wagner menunjukkan tiga faktor yang akan menyebabkan sektor
publik tumbuh proporsional lebih cepat dari tingkat pembangunan ekonomi.
Pertama, pada ekonomi negara maju, maka peran pemerintah dalam bidang
administratif dan protective bertambah. Kedua, dengan ekspansi ekonomi,
pengeluaran pemerintah di bidang budaya dan kesejahteraan akan naik, khususnya,
pendidikan dan kesehatan. Ketiga, kemajuan teknologi dari negara industri
memerlukan pemerintah untuk melakukan jasa ekonomi tertentu ketika dana dari
sektor swasta tidak diperoleh. yang negatif signifikan antara pengeluaran
pemerintah dalam GDP dan tingkat pertumbuhan perkapita GDP.
d. Teori
Pengeluaran Negara
Musgrave dan Rostow menyatakan
perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari
suatu negara. Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran
negara yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan
infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dll. Pada tahap
menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan
ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang. Pada
tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan,
utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan
pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dsb.
Wagner menyatakan berdasarkan
pengamatan dari negara-negara maju, disimpulkan bahwa dalam perekonomian suatu
negara, pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan dengan peningkatan
pendapatan perkapita negara tersebut. Di negara-negara maju, kegagalan pasar
bisa saja terjadi, menimpa industri-industri tertentu dari negara tersebut.
Kegagalan dari suatu industri dapat saja merembet ke industri lain yang saling
terkait. Di sini diperlukan peran pemerintah untuk mengatur hubungan antara
masyarakat, industri, hukum, pendidikan, dll.
Peacock dan Wiseman menyatakan bahwa
kebijakan pemerintah untuk menaikkan pengeluaran negara tidak disukai oleh
masyarakat, karena hal itu berarti masyarakat harus membayar pajak lebih besar.
Masyarakat mempunyai sikap toleran untuk membayar pajak sampai pada suatu
tingkat tertentu. Apabila pemerintah menetapkan jumlah pajak di atas batas
toleransi masyarakat, ada kecenderungan masyarakat untuk menghindar dari
kewajiban membayar pajak. Sikap ini mengakibatkan pemerintah tidak bisa
semena-mena menaikkan pajak yang harus dibayar masyarakat. Dalam kondisi
normal, dengan berkembangnya perekonomian suatu negara akan semakin berkembang
pula penerimaan negara tersebut, walaupun pemerintah tidak menaikkan tarif
pajak. Peningkatan penerimaan negara akan memicu peningkatan pengeluaran dari
negara tersebut.
e. Pengeluaran
Pemerintah dan Crowding Out
Beberapa teori ekonomi menyatakan pengeluaran
pemerintah dapat mempengaruhi tingkat output nasional. Pengeluaran pemerintah
yang lebih tinggi akan meningkatkan ouput agregat (Dornbusch, 2001).
Defisit anggaran pemerintah
merupakan hal yang normal yang penting adalah sebarapa lama angaran pemerintah
akan menjadi surplus kembali. Secara umum sedikit surplus akan dicapai pada
tahun-tahun boom dan sedikit defisit dapat terjadi pada tahun-tahun resesi.
Ketika perekonomian mengalami resesi atau tumbuh lambat, mungkin pajak dapat
dikurangi dan pengeluaran pemerintah ditambah agar dapat meningktkan output.
(Dornbusch et al, 2001). Namun di sisi lain, kenaikan pengeluaran pemerintah
dapat menghambat laju invetasi. Crowding Out terjadi ketika kebijakan fiskal ekspansioner
menyebabkan suku bunga naik sehingga mengurangi pengeluaran swasta terutama
investasi swasta (Dornbusch et al, 2001)..
Seberapa serius kita menghadapi
crowding out? Dornbush, et al, (2001) mengajukan tiga point penting dalam
menghadapi crowding out ini. Pertama, pada kondisi ekspansi fiskal yang
meningkatkan permintaan, maka perusahaan dapat diminta merekrut lebih banyak
pekerja untuk meningkatkan output mereka. Kedua kenaikan permintaan aggregate
akan menaikkan pendapatan dan selanjutnya dapat meningkatkan tabungan. Ekspansi
tabungan ini dapat membiayai defisit anggaran tanpa menyentuh pengeluaran
swasta. Ketiga selama ekspansi fiskal, penawaran uang dinaikkan oleh otoritas
moneter (monnetary acomodation) agar mencegah kenaikan suku bunga.
2.1.2 Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
a. Model Pembangunan Tentang Perkembangan
Pengeluaran Pemerintah.
Model ini dikembangkan oleh Rostow
dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan
tahap-tahap pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap
lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, prosentase investasi pemerintah
terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus
menyediakan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi.
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada
tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin besar. Peranan pemerintah
tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta semakin besar akan
menimbulkan banyak kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus
menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak. Selain itu
pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antarsektor
yang makin komplek. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh
perkembangan sektor industri akan menimbulkan semakin tingginya pencemaran atau
polusi. Pemerintah harus turun tangan mengatur dan mengurangi dampak negatif
dari polusi. Pemerintah juga harus melindungi buruh dalam meningkatkan
kesejahteraannya.
Musgrave(1980)(1) berpendapat bahwa
dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam prosentase terhadap PDB
semakin besar dan prosentase investasi pemerintah terhadap PDB akan semakin
kecil. Pada tingkat ekonomi lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa aktivitas
pemerintah dalam pembangunan ekonomi beralih dari penyediaan prasarana ke
pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program kesejahteraan
hari tua dan pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Hukum Wagner
Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan
penge-luaran pemerintah yang semakin besar dalam prosentase terhadap PDB.
Wagner mengemukakan pendapatnya bahwa dalam suatu perekonomian apabila
pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun
akan meningkat. Hukum Wagner dikenal dengan “The Law of Expanding State
Expenditure”. Dasar dari hukum tersebut
adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju (Amerika Serikat, Jerman,
Jepang). Dalam hal ini Wagner menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi
semakin besar, terutama disebabkan
karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat.
Kelemahan hukum Wagner adalah karena hukum tersebut tidak didasarkan pada suatu
teori mengenai pemilihan barang-barang
publik. Wagner mendasarkan pandangannya dengan suatu teori yang disebut teori
organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang menganggap
pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota
masyarakat lainnya. Hukum Wagner diformulasikan sebagai berikut:
PkPP : Pengeluaran pemerintah per kapita
PPK : Pendapatan per kapita
1,2,…,n : Jangka waktu
(tahun)
Hukum Wagner ditunjukkan dalam
Gambar dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk ekponential yang
ditunjukkan oleh kurva 1 dan bukan kurva 2.
c. Teori
Peacock dan Wiseman
Peacock dan Wiseman adalah dua orang
yang mengemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang
terbaik. Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah
senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedang-kan masyarakat tidak
suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah
yang semakin besar tersebut. Teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar teori
pemungutan suara. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori
bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana
masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh
pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari
bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga
mereka mempunyai tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat
toleransi ini merupakan kendala bagi
pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena. Teori Peacock
dan Wiseman adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi menyebabkan pemungutan
pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya
penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat.
Oleh karena itu, dalam keadaan
normal, meningkatnya PDB menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar,
begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar. Apabila keadaan normal tersebut terganggu,
misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya
untuk membiayai perang. Karena itu penerimaan
pemerintah dari pajak juga
meningkat dan pemerintah meningkat-kan penerimaannya tersebut dengan cara
menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi
berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan (displacement effect) yaitu
adanya gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas
pemerintah. Perang tidak hanya dibiayai
dengan pajak, akan tetapi pemerintah juga melakukan pinjaman ke negara lain.
Akibatnya setelah perang sebetulnya pemerintah dapat kembali menurunkan tarif pajak,
namun tidak dilakukan karena pemerintah
masih mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut.
Sehingga pengeluaran pemerintah
meningkat karena PDB yang mulai meningkat , pengembalian pinjaman dan aktivitas
baru setelah perang. Ini yang disebut efek inspeksi (inspection effect). Adanya
gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya konsentrasi kegiatan ke tangan
pemerintah dimana kegiatan ekonomi tersebut semula dilaksanakan untuk
swasta. Ini disebut efek konsentrasi
(concentration effect). Adanya ketiga efek tersebut menyebabkan aktivitas
pemerintah bertambah. Setelah perang selesai dan keadaan kembali normal maka
tingkat pajak akan turun kembali. Jadi berbeda dengan pandangan Wagner,
perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman tidaklah
berbentuk suatu garis,tetapi seperti tangga.
Bird mengkritik hipotesa yang
dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman . Bird menyatakan bahwa selama
terjadinya gangguan sosial memang terjadi pengalihan
aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke pengeluaran
yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti oleh
peningkatan prosentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB. Akan tetapi setelah
terjadinya gangguan, prosentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB akan menurun
secara perlahan-lahan kembali ke keadaan semula. Jadi menurut Bird ,efek
pengalihan merupakan gejala dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam
jangka panjang.
Satu hal yang perlu dicacat dari
teori Peacock dan Wiseman adalah bahwa mereka mengemukakan adanya toleransi
pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan tetapi mereka tidak menyatakan pada
tingkat berapa toleransi pajak tersebut.
Clarke menyatakan bahwa limit perpajakan adalah sebesar 25 persen dari
pendapatan nasional . Apabila limit dilampaui maka akan terjadi
inflasi dan gangguan lainnya.
d. Menurut Dr. Guritno
Mangkoesoe-broto, M.Ec
Perkembangan pengeluaran pemerintah
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Perubahan permintaan akan barang
publik.
b. Perubahan aktivitas pemerintah dalam
menghasilkan barang publik, dan juga perubahan dari kombinasi faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi.
c. Perubahan kualitas barang public.
d. Perubahan harga-harga faktor-faktor
produksi.
2.1.3 Hubungan
Kausalitas Pengeluaran Pemerintah dan Produk Domestik Bruto
a. Pengertian
Produk Domestik Bruto
Produk domestik bruto pada dasarnya
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang
berlaku setiap tahun, sedang PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku
pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
Untuk
menghitung angka PDB digunakan tiga pendekatan yaitu :
1.
Pendekatan
Produksi
PDB adalah jumlah nilai tambah atas
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu
negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi
tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan men-jadi 9 lapangan usaha (sektor)
yaitu: pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik,gas dan air
bersih, bangunan, pengangkutan, keuangan dan jasa.
2.
Pendekatan
Pendapatan
PDB merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di
suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang
dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi
PDB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung netto (pajak tak langsung
dikurangi subsidi).
3.
Pendekatan
Pengeluaran
PDB adalah semua komponen permintaan
akhir yang terdiri dari: pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta
nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan
stok dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor). Secara konsep ketiga pendekatan
akan menghasilkan angka yang sama. Jadi jumlah pengeluaran akan sama dengan
jumlah barang dan jasa akhir dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk
faktor-faktor produksi.
Hasil Studi Empiris Hubungan atau
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (Pertumbuhan
Ekonomi) Studi yang menunjukkan hubungan negatif antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan
diantaranya: Barro dan Salla-i-Martin (1992) yang membagi pengeluaran
pemerintah menjadi pengeluaran produktif dan tidak produktif. Pengeluaran
produktif apabila pengeluaran tersebut mempunyai efek langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi. Kebanyakan studi mengenai hubungan antara pengeluaran
pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi mengasumsikan semua pengeluaran
pemerintah bersifat produktif (Barro,1990). Landau (1983) meneliti 27 negara
berkembang menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah yang besar terutama
pengeluaran konsumsi justru akan menurunkan pertumbuhan pendapatan per kapita.
Hasil yang sama ditemukan oleh Landau (1986) terhadap 65 negara berkembang.
Devarajan dan Vinaya (1993) menemukan hubungan negatif dan tidak signifikan
hubungan antara pengeluaran produktif dengan pertumbuhan.
Sementara itu Lin (1994) menyatakan
pengeluaran non-produktif mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap pertumbuhan di negara industri tetapi positif dan signifikan di negara
berkembang. Hal ini terjadi karena pelayanan pemerintah yang bersifat non
produktif di negara berkembang sebagian besar digunakan untuk konsumsi.
Josaphat P Kweka dan Oliver Morrisey (1999) meneliti hubungan keduanya terhadap
negara Tanzania periode 1965-1996. Hasil yang diperoleh bahwa pengeluaran
pemerintah berdampak negatif terhadap pertumbuhan. Dampak negatif disebabkan
karena tidak efisiennya pengeluaran pemerintah di Tanzania. Penelitian lain menunjukkan bahwa pengeluaran
konsumsi pemerintah mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan (Grier dan
Tullock,1989, Barro,1991). Studi terhadap negara-negara maju juga meyimpulkan
hasil yang sama seperti Hannson dan Henrekson (1994). Pada mayoritas studi, pengeluaran pemerintah
total mempunyai efek negatif terhadap pertumbuhan (Romer,1990;Folster dan
Henrekson,2001). Folster dan Henrekson mengatakan bahwa pada tingkat
pengeluaran pemerintah yang rendah di negara miskin terutama untuk pengeluaran
produktif dan rendah pula pajaknya, biasanya tidak efisien dalam pengumpulan
pajak dan pengeluaran pemerintahnya.
Studi yang menunjukkan hubungan
positif antara pengeluaran pemerintah
dan pertumbuhan diantaranya: Ram (1986) dan Grossman(1988) menemukan hubungan
positif antara pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi. Diamond (1989)
menyatakan bahwa pengeluaran sosial mempunyai hubungan positif yang signifikan
dan pengeluaran investasi mempunyai efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dampak tersebut sangat dipengaruhi oleh efisiensi penggunaan dana.
b. Pengeluaran
Pemerintah Sebagai Variabel Dependen
Artinya produk domestik bruto
mempengaruhi pengeluaran pemerintah. Teori perkembangan pengeluaran pemerintah
yang telah diuraikan diatas menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) akan
mempengaruhi besarnya pengeluaran pemerintah.
c. Pengeluaran
Pemerintah Sebagai Variabel Independen
Artinya pengeluaran pemerintah
mempengaruhi produk domestik bruto (PDB). John Due(1968) mengemukakan bahwa
pemerintah dapat mempengaruhi tingkat PDB nyata dengan mengubah persediaan
berbagai faktor yang dapat dipakai dalam produksi melalui program-program
pengeluaran pemerintah seperti pendidikan.
Sementara Atep Adya Barata(2004)
mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan pemerintah yang mendorong besaran
jumlah pengeluaran negara mempunyai pengaruh terhadap perekonomian masyarakat.
Landau (1986) membuktikan bahwa pengeluaran pemerintah di bidang militer dan
pendidikan berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara untuk
pendidikan sendiri berkorelasi kuat dan investasi pemerintah berkorelasi
positif tetapi tidak signifikan. Steven A.Y.Lin (1994) mengatakan bahwa
pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDB) dengan laju
yang semakin mengecil. Lin juga menyatakan bahwa Hukum Wagner hanya berlaku
untuk negara maju.
2.2 Teori Mikro
Tujuan dari
teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk
menganalisis factor-faktor yang menimbulkan permintaan akan barang public dan
factor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang public. Interaksi antara
permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang public
yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang public yang akan
disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain.
Teori mikro mengenai pengeluaran pemerintah dapat dirumuskan sebagai berikut :
2.2.1 Penentuan Permintaan
Ui = f (
G, X )
G
=
Vektor dari barang public
X
=
Vektor barang swasta
i =
individu ; i = 1, . . . , m
U =
fungsi utilitas
Seorang individu mempunyai
permintaan akan barang-barang public dan barang-barang swasta, akan tetapi
permintaan efektif akan barang-barang tersebut (pemerintah dan swasta)
tergantung pada kendala anggaran. Kita anggap bahwa seorang individu (i)
membutuhkan barang public (K) sebanyak Gik.
Untuk menghasilkan barang K sebanyak
Gk pemerintah harus mengatur sejumlah kegiatan-kegiatan. Misalnya pemerintah
berusaha untuk menungkatkan penjagaan keamanan. Dalam pelaksanaan usaha
meningkatkan keamanan tersebut tidak mungkin bagi pemerintah untuk menghapus
sama sekali angka kejahatan. Karena itu pemerintah dan masyarakat harus
menetapkan suatu tigkat keamanan yang dapat ditolerir oleh masyarakat. Tingkat
keamanan yang telah disetujui itu dapat dilaksanakan dengan beberapa kegiatan,
misalnya dengan cara memperbanyak jumlah polisi, menambah jumlah jalan yang
dipatroli, peningkatan frekuensi patrol dan sebagainya. Jadi, suatu tingkat
keamanan tertentu dapat dicapai dengan berbagai kombinasi aktivitas, atau
dengan kata lain tingkat keamanan tertentu dapat dicapai dengan menggunakan
berbagai fungsi produksi. Perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dijelaskan
dengan beberapa factor dibawah ini :
a.
Perubahan permintaan akan barang public
b.
Perubahan dari aktivitas pemerintah
dalam menghasilkan barang publik, dan juga perubahan dari kombinasi dari factor
produksi yang digunakan dalam proses produksi
c.
Perubahan kualitas barang public
d.
Perubahan harga-harga factor-faktor
produksi
2.2.2 Penentuan Tingkat Output
Barang
dan jasa public yang disediakan oleh pemerintah ditentukan oleh politisi yang
memilih jumlah barang/jasa yang dihasilkan. Selain itu, para politisi juga
menentukan jumlah pajak yang akan dikenakan kepada masyarakat untuk membiayai
barang/jasa public tersebut dalam menentukan jumlah barang dan jasa public yang
akan disediakan, para politisi memperhatikan selera atau keinginan masyarakat
agar masyarakat merasa puas dan tetap memilih mereka sebagai wakil masyarakat.
Fungsi utilitas para politisi adalah sebagai berikut:
Up
= g ( X, G, S )
Up = fungsi utilitas
S =
keuntungan yang diperoleh politisi dalam bentuk materi atau pangkat
G =
Vektor barang public
X =
Vektor barabg swasta
Selanjutnya,
kita asumsikan bahwa fungsi utilitas masyarakat diwakili oleh seorang pemilih
yang memaksimumkan utilitas :
max
Ui = f
( X, G )
dengan batasan
dibatasi oleh kendala anggaran :
Px
X + t B < Mi
P =
Vektor harga barang swasta
Mi = Jumlah pendapatan individu i
t =
tarif pajak
Bi =
Basis pajak dari individu i
Bi = total basis pajak
Dengan
melalui proses iterative antara politisi dan pemilih tersebut akhirnya akan
menyebabkan terjadinya kepuasan maksimum dari pemilih dengan batasan-batasan
yang telah disebut diatas, dan permintaan akan barang public ( Dqi )
adalah :
Dqi =
q ( p, Bi, Mi, t, Bi )
Kurva
permintaan atas barang-barang public yang dijabarkan dalam fungsi diatas
mempunyai keunggulan karena fungsi tersebut tergantung dari variable-variabel
yang cukup relevan. Walaupun demikian, akan lebih baik lagi apabila kurva
permintaan diatas dianggap sebagai kurva pemintaan akan satu jenis barang
public tertentu, bukan merupakan kurva permintaan akan total barang public.
Dalam hal ini, satu fungsi permintaan diperoleh dari fungsi kepuasan seorang
individu dengan menggunakan dasar “ceteris paribus”, termasuk juga asumsi bahwa
“harga” dari barang public adalah konstan.
2.2.3 Teori Permintaan dan Kurva Permintaan
a. Beberapa
Penentu Permintaan :
1.
Harga barang
2.
Harga barang lain yang berkaitan erat
dengan barang tersebut
3.
Pendapatan RT dan pendapatan rata-rata
masyarakat
4.
Corak distribusi pendapatan dalam
masyarakat
5.
Cita rasa masyarakat
6.
Jumlah penduduk
7.
Ramalan keadaan di masa datang
b. Hukum Permintaan
Harga dan permintaan bahwa makin rendah
harga suatu barang maka makin banyak
permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu
barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.
2.2.4 Teori Penawaran
dan Kurva Penawaran
a.
Definisi
Penawaran
Penawaran adalah berbagai jumlah barang
yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga tertentu.
b. Faktor-faktor
yang mempengaruhi penawaran:
1. Harga barang itu sendiri,
2. Harga barang lain,
3. Biaya produksi,
4. Tujuan perusahaan,
5. Tingkat
teknologi yang digunakan.
c. Hukum Penawaran
Hubungan antara harga dan jumlah barang
yang ditawarkan menggambarkan hukum penawaran yaitu makin tinggi harga suatu
barang maka semakin banyak jumlah barang
tersebut akan ditawarkan oleh penjual begitu juga sebaliknya dengan asumsi
Cateris Paribus ini juga bisa digambarkan dalam kurva sebagai berikut:
|
|||||||||
|
|
|
|||||||
d. Pengaruh Faktor Selain Harga Terhadap
Penawaran
1. Harga barang lain
Bahwa
barang-barang ada yang saling bersaingan atau bersubtitusi dan ada
barang-barang yang komplementer (pelengkap) seperti yang telah dijelaskan di
permintaan.
2. Biaya Produksi
Dibeberapa
perusahaan kenaikan pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor produksi akan
menyebabkan biaya produksi melebihi hasil penjualannya dan mereka mengalami
kerugian. Ini dapat menimbulkan penutupan perusahaan tersebut dan jumlah
penawaran barang akan berkurang begitu juga sebaliknya.
3. Tujuan perusahaan
Tujuan yang
berbeda-beda tersebut menimbulkan efek yang berbeda-beda terhadap penentuan
tingkat produksi. Dengan demikian penawaran jua akan berbeda sesuai tujuan yang
ingin dicapai.
4.
Teknologi
Kemajuan
teknologi dapat mengurangi biaya produksi mempertinggi produktifitas, mutu dan
menciptakan barang-barang baru. Ini akan mendorong kenaikan penawaran.
|
|||||||
|
|||||||
2.2.5 Keseimbangan
Penawaran Dan Permintaan
Terjadinya transaksi antara pembeli dan
penjual dinamakan keseimbangan harga.
|
|||
2.2.6 Elastisitas
Permintaan Dan Penawaran
a. Elastisitas permintaan
ukuran kuantitatif
yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga terhadap pengaruh perubahan
permintaan.
b. Elastisitas Penawaran
Ukuran
kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga terhadap
perubahan jumlah barang yang ditawarkan.
c. Manfaat Elastisitas adalah dapat
menjadi indikator untuk meramalkan kesuksesan dari kebijakan ekonomi yang
dilaksanakan.
d. Jenis-Jenis Elastisitas Permintaan:
1. Elastisitas permintaan harga,
2. Elastisitas permintaan pendapatan,
3. Elastisitas permintaan
silang.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pengeluaran pemerintah
memiliki pengaruh terhadap output nasional di beberapa negara, namun terdapat
perbedaan hasil penelitian yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori:
Pertama yang menyatakan bahwa tingginya pengeluaran pemerintah akan menyingkirkan
investasi swasta (efek dari crowding out). Kedua menjelaskan hubungan antara
ukuran disaggregate pengeluaran pemerintah dan investasi swasta menggunakan
analisis disagregate. Ketiga menyatakan peningkatan pengeluaran pemerintah akan
menarik keluar investasi swasta.
Pengeluaran pembangunan
pemerintah merupakan pengeluaran investasi dan lebih produktif. Hasil estimasi
VAR dari ketiga sektor pengeluaran pembangunan yang dipilih, menyimpulkan bahwa
alokasi ke ketiga sektor tersebut memberikan pengaruh positif dan signifikan
terhadap produk domestik bruto. Sementara itu produk domestik bruto lebih
banyak memberikan dampak terhadap pengeluaran pemerintah di sektor
infrastruktur dan transportasi.
3.2 Saran
Pemerintah harus
mengalokasikan anggaran dengan efektif ke pos-pos pengeluaran yang dapat
meningkatkan produk domestik bruto sebagai salah satu indikator pertumbuhan
ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi laju pertumbuhan jumlah
pegawai sehingga dapat mengurangi belanja pegawai. Hal lain yang dapat
dilakukan adalah perlunya dipikirkan perlunya pengurangan subsidi BBM yang
memberatkan APBN. Skala prioritas ini memang membawa dampak terhadap kemiskinan
dan pengangguran.
Bila sudut pandangnya
dari pertumbuhan ekonomi (efisien) maka equality akan berkurang. Hal ini dapat
dikurangi dengan mengalokasikan ke proyek-proyek pembangunan yang bersifat padat karya. Tetapi
hal ini juga menimbulkan dampak ketidakefisienan dibanding menggunakan padat
modal. Memang pada akhirnya pemerintah harus bijaksana untuk mengambil
kebijakan dengan mempertimbangkan dampak terdapat efisiensi dan equality.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut